Senin, 19 Desember 2011

makalah system urogenital


BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar belakang

Dipandang dari sudut fisiologis, system urogenital dapat dibagi dalam 2 unsur yang sangat berbeda sifatnya : system urinarius dan system genitalia. Akan tetapi dipandang dari sudut embriologi dan anatomi, kedua system ini saling bertautan. Keduanya berasal dari rigi mesoderm yang sama disepanjang dinding belakang rongga perut, dan saluran pembuangan kedua system ini pada mulanya bermuara kerongga yang sama, yaitu kloaka.
Pada perkemmbangan selanjutnya, tumpang tindih kedua system ini terutama nyata sekali pada pria. Duktus ekstretorius primitive mula-mula berfungsi sebagai duktus urinarius, tetapi kemudian berubah menjadi duktus genitalis utama. Selain itu, pada orang dewasa, alat kemih maupun kelamin ini menyalurkan air kemih dan semen melalui sebuah saluran yang sama, uretra penis.

B.        Tujuan
1.      Tujuan umum
Tujuan Umum dari mempelajari makalah ini adalah agar dapat mengetahui proses pembentukan system urogenital pada janin.
2.      Tujuan khusus
a.       Untuk mengatahui proses pembentukan system urinarius
b.      Untuk mengetahui proses pembentukan system ginjal
c.       Untuk mengetahui proses pembentukan system genitalis


BAB II
PEMBAHASAN

1.         System urinarius
Dua sistem urinaria primitif, pronefros dan mesonefros mendahului pembentukan metanefros. Pronefros mengalami involusi pada minggu kedua dan mesonefros menghasilkan urin pada minggu ke-5 serta mengalami degenerasi pada usia 11-12 minggu. Kegagalan pembentukan atau regresi kedua struktur ini dapat menyebabkan anomali perkembangan sistem urinaria definitif. Antara minggu ke-9 dan 12, tunas ureter dan blastema nefrogenik berinteraksi untuk menghasilkan metanefros. Pada minggu ke-14, ansa henle sudah berfungsi dan terjadi reabsorpsi. Namun, nefron-nefron baru terus terbentuk sampai minggu ke-36 dan pada bayi prematur pembentukan nefron tersebut berlanjut setelah lahir.
Walaupun menghasilkan urin, ginjal janin kurang memiliki kemampuan untuk memekatkan dan memodifikasi pH urin bahkan pada janin cukup bulan. Urin janin bersifat hipotonik dibanding plasma janin dan konsentrasi elektrolitnya juga rendah. Pada janin manusia, ginjal mendapat antara 2 dan 4 persen curah jantung, dibandingkan antara 15 dan 18 persen pada neonatus (Gilbert, 1980). Resistansi pembuluh ginjal tinggi dan fraksi filtrasi rendah dibandingkan pada kehidupan selanjutnya.
Aliran darah ginjal janin dan karenanya produksi urin juga dikendalikan atau dipengaruhi oleh sistem renin angiotensin, sistem saraf simpatis, prostaglandin, kalikrein, dan faktor natriuretik atrium. Pada janin, laju filtrasi glomerulus rendah, tetapi meningkat seiring dengan usia gestasi kurang dari 0,1 ml/menit pada minggu ke-12 menjadi 0,3/menit pada minggu ke-20. Pada usia gestasi selanjutnya, laju filtrasi glomerulus tetap konstan apabila dikoreksi terhadap berat janin. Perdarahan atau hipoksia umumnya menyebabkan penurunan aliran darah ginjal, laju filtrasi glomerulus, dan produksi urin.
Urin biasanya ditemukan didalam kandungan bahkan pada janin kecil. Ginjal janin mulai memproduksi urin pada usia gestasi 12 minggu. Pada minggu ke-18, ginjal janin menghasilakan 7 sampai dengan 14 ml urin perhari dan pada janin aterm jumlah ini meningkat menjadi 27 ml/ jam atau 650 ml/ hari. Diuretik yang diberiakn kepada ibu (furosemid)meningkatkan pembentukan urin janin, sementara insufisiensi uteroplsenta dan berbagai tipe stres lain pada janin menguranginya.
Obstruksi uretra, kandung kemih, ureter, atau pelvis ginjal dapat merusak parenkim ginjal ginjal dan mengubah anatomi janin, kandung kemih mungkin sedemikian teregang sehingga mengalami ruptur atau distosia. Ginjal tidak asensial untuk kelangsungan hidup in utero, tetapi untuk mengendalikan komposisi dan volume cairan amnion. Selain itu, kelainan yang menyebabkan anuria kronik biasanya disertai oligohidramnion dan terapi prenatal pada obstruksi saluran kemih.

2.      System Ginjal
Pada manusia terbentuk tiga system ginjal yang berbeda, agak saling tumpang tindih, dengan urutan dari cranial ke kaudal selama kehidupan dalam kandungan yaitu: pronefros,mesonefros dan metanefos. Yang pertama rudimenter dan tidak berfungsi, yang kedua mungkin berfungsi dalam waktu yang pendek dalam masa janin awal, yang ketiga membentuk ginjal tetap.




a.      Pronefros
Pada mudighah manusia, pronefros digambarkan oleh 7-10 kelompok sel padat didaerah leher. Kelompok-kelompok yang pertama membentuk nefrotom vestigium yang menghilang sebelum nefrotom yang disebelah kaudalnya terbentuk, dan pada akhir minggu ke-4, semua tanda system pronefros telah menghilang.

1

Gambar 2.1 Potongan melintang melalui mudigah pada berbagai tahapan perkembangan yang memperlihatkan pembentukan tubulus-tubulus renalis. A. 21 hari. B. 25 hari. Perhatikan pembentukan glomerulus eksterna dan interna serta hubungan langsung antara rongga intra embrional dan tubulus renali.

2

Gambar 2.2 A. Hubungan mesoderm intermediat sistem pronefros, mesonefros dan metanefros. Di regio servikal dan torakal atas, mesoderm intermediat bersegmen-segmen; di regio torakal bawah, lumbal dan sakral, mesoderm ini membentuk massa jaringan solid yang tidak bersegmen, yaitu korda nefrogenik. Perhatikan duktus koligentes longitudinal yang pada awalnya dibentuk oleh pronefros tetapi kemudian oleh mesonefros. B. Tubulus ekskretorik sistem pronefros dan mesonefros pada mudigah 5 minggu.

b.      Mesonefros
Mesonefros dan saluran-saluran mesonefros berasal dari mesoderm intermedia dari segmen dada bagian atas hingga lumbal bagian atas (L3). Pada perkembangan minggu ke-4, ketika  system pronefros mengalami regrresi, saluran eksresi mesonefros pertama mulai tampak. Saluran-saluran ini memanjang dengan cepat, membentuk sebuah gelung yang berbentuk huruf S, dan mendapatkan sebuah glomerulus pada ujung medialanya. Disini saluran itu membentuk simpai bowman. Simpai ini bersama-sama glomerulus membentuk korpuskulus mesonefrikus (renalis). Disebelah lateral, saluran itu bermuara kedalam  saluran pengumpul memanjang yang dikenal sebagai duktus mesonefros atau duktus wolff.
Pada pertengahan bulan kedua, mesonefros membentuk sebuah organ berbentuk bulat telur besar disisi kiri dan kanan garis tengah. Oleh karena gonad yang sedang berkembang terletak pada sis medial mesonefros, rigi yang dibentuk oleh kedua alat tersebut dikenal sebagai rigi urogenital. Sementara saluran-saluran disebelah kaudal tetap berdiferensiasi, saluran disebelah cranial dan glomerulinya memperlihatkan perubahan degenerative, dan menjelang akhir bulan kedua sebagian besar telah menghilang. Akan tetapi beberapa dari saluran kaudal dan saluran mesonefros tetap ada pada pria dan ikuut membentuk system kelamin, tetapi menghilang pada wanita.

c.       Metanefros atau ginjal tetap
Alat kemih ketiga, yaitu metenefros atau ginjal tetap tampak pada minggu kelima. Satuan-satuan eksresinya berkembang dari mesoderm metanefros, dengan cara yang sama seperti pada system mesonefros. Akan tetapi perkembangan system salurannya, berbeda dari system ginjal lainnya.

System pengumpul
Saluran-saluran pengumpul ginkal permanen berkembang dari tunas ureter, suatu tonjolan saluran mesonefros didekat muaranya ke kloaka. Tunas ureter ini menembus jaringan metanefros, yang menutup ujung distalnya sebagai topi. Selanjutnya, tunas ini melebar membentuk piala ginjal primitive, dan terbagi menjadi bagian cranial dan kaudal, yang kelak akan menjadi kalises mayors.
Sambil menembus lebih jauh kedalam jaringan metanefros, tiap-tiap kaliks membentuk  dua tunas baru. Tunas-tunas yang baru terbentuk masing-masing terus membelah lagi hingga terbentuk 12 generasi saluran atau lebih. Sementara itu, dibagian tepi, terbentuk lebih banyak saluran hingga akhir bulan ke-5. Saluran generasi kedua membesar dan menyerap masuk saluran generasi ketiga dan keempat, sehingga terbentuklah kalises minor piala ginjal. Pada perkembangan selanjutnya, saluran pengumpul generasi ke-5 dan seterusnya sangat memanjang dan menyebar dari kaliks minor, sehingga membentuk piramida ginjal. Dengan demikian, tunas ureter membentuk ureter, piala ginjal, kalises mayor dan minor, dan kurang lebih satu hingga tiga juta saluran pengumpul.
4
Gambar 2.4 Hubungan usus belakang dan kloaka pada akhir minggu kelima. Tunas ureter menembus mesoderm metanefros (blastema).

System eksresi
Tiap-tiap saluran yang baru terbentuk, dibagian ujungnya ditutupi oleh topi jaringan metanefrik. Dibawah pengaruh induktif tubulus ini, sel-sel topi jaringan ini membentuk gelembung-gelembung kecil, yaitu vesikel renalis, yang selanjutnya akan membentuk saluran-saluran kecil. Saluran-saluran ini bersama dengan berkas-berkas kapiler yang dikenal sebagai glomeruli, membentuk nefron atau system eksresi. Ujung proksimal masing-masing nefron membentuk simpai bowman, yang didalamnya berisi glomerulus. Ujung distalnya membentuk hubungan terbuka dengan salah satu saluran pengumpul, sehingga terbentuklah jalan penghubung dari glomerulus kesatuan pengumpul. Pemanjangan saluran eksresi yang berlangsung terus mengakibatkan pembentukan tubulus kontortus proksimal, ansa henle, dan tubulus kontortus distal. Oleh karena itu, ginjal berkembang dari dua sumber yang berbeda, yaitu mesoderm metanefros yang membentuk satuan eksresi dan tunas ureter yang membentuk system pengumpul. Pada saat lahir, ginjal berlobulasi. Selama masa anak-anak, gambaran lobulasi ini menghilang karena petumbuhan nefron lebih lanjut. Akan tetapi jumlahnya tidak bertambah.
5
Gambar 2.5. Perkembangan unit ekskretorik metanefros. Tanda panah, tempat unit ekskretorik (biru) membentuk hubungan langsung dengan sistem pengumpul (kuning), memungkinkan aliran urine dari glomerulus kedalam duktus koligentes.



d.      Posisi ginjal
Ginjal, yang semula terletak didaerah panggul, kemudian bergeser ke kedudukan lebih cranial dirongga perut. Naiknya ginjal disebabkan oleh kurangnya kelengkungan tubuh maupun pertumbuhan tubuh didaerah lumbal dan sacral. Dipanggul, metanefros menerima aliran darah dari sebuah cabang panggul dan aorta. Dalam perjalanan naik ke rongga perut ini, ginjal diperdarai oleh pembuluh-pembuluh nadi yang berasal dari aorta yang letaknya semakin meninggi. Pembuluh-pembuluh yang lebih rendah biasanya akan berdegenerasi.
7
Gambar 2.7 A-C. Naiknya ginjal. Perhatikan perubahan dalam posisi antara sistem mesonefros dan metanefros. Sistem mesonefros hampir seluruhnya berdegenerasi, dan hanya sedikit sisa yang menetap dan berkontak erat dengan gonad. Pada mudigah pria dan wanita, gonad turun dari ketinggian semula ke posisi yang jauh lebih rendah.

e.       Fungsi ginjal
Metanefros atau ginjal tetap baru berfungsi pada akhir trimester pertama. Air kemih mengalir kerongga amnion dan bercampur dengan ccairan amnion. Cairan ini ditelan oleh janin dan memasuki saluran pencernaan, untuk diserap kedalam aliran darah dan berjalan melewati ginjal untuk kembali dieksresi kedalam cairan amnion. Selama masa janin, ginjal tidak berfungsi untuk eksresi bahan-bahan sisa, karena plasenta menjalankan fungsi ini.
8
Gambar 2.8 Pembagian kloaka menjadi sinus urogenitalis dan kanalis anorektalis. Duktus mesonefrikus secara bertahap terserap kedalam dinding sinus urogenitalis, dan ureter masuk secara terpisah. A. Pada akhir minggu kelima. B. 7 minggu. C. 8 minggu.

f.       Kandung kemih dan uretra
Selama perkembangan minggu ke-4 hingga ke-7, septum urorektal membagi kloaka menjadi saluran anorektal dan sinir urogenital. Selaput kloaka sendiri kemudian terbagi menjadi membrana urogenitalis di anterior dan membrana analis di posterior. Tiga bagian sinus uroggenitalis primitif tersebut dapat dibedakan:
a.       Bagian atas yang paling besar adalah kandung kemih. Mulla-mula kandung kemih berhubungan langsung dengan allantois, tetapi setelah rongga allantois manutup, akan tersisa suatu korda fibrosa yang tebal, yyaitu urakus dan korda fibrosa ini menghubungkan puncak kandung kemih dengan umbilikus. Pada orang dewasa, ligamentum ini dikenal sebagai liggamentum umbilikalis medial.
b.      Bagian selanjutnya berupa sebuah saluran yang agak sempit, yaitu sinus urogenitalis bagian panggul, yang padda pria membentuk uretra pars prostatika dan pars membranosa.
c.       Bagian terakhir a dalah sinus urogenitalis tetap, yang juga dikenal sebagai sinus urogenitalis bagian penis. Bagian ini sangat memipih kesamping dan terpisah dari dunia luar oleh mebran urogenitalis.

Selama pembagian kloaka, bagian kaudal duktus mesonefros berangsur-angsur diserap kedalam dinding kandung kemih. Akibatnya, ureter yang tadinya merupakan tonjolan keluar dari saluran mesonefros, masuk ke kandung kemih secara tersendiri. Sebagai akibat naiknya ginjal, muara ureter bergerak lebih ke kranila lagi, duktus mesonefros berkerak saling mendekati untuk masuk ke uretra pars prostatika dan pada pria menjadi duktus ejakulatorius. Karena duktus mesonefros maupun ureter berasal dari mesoderm, selaput lendir kandung kemih yang diabentuk oleh gabungan dari kedua saluran ini berasal dari mesoderm. Dalam perkembangan selanjutnya, lapisan mesoderm pada segitiga tadi diganti oleh epitel endoderm, sehingga akhirnya seluruh permukaan dalam kandung kemih dilapisi oleh epitel yang berasaldari endoderm.
9
Gambar  2.9  A. Perkembangan sinus urogenitalis menjadi kandung kemih dan sinus urogenitalis definitif. B. Pada pria, sinus urogenitalis definitif berkembang menjadi uretra penis. Kelenjar prostat dibentuk oleh tunas dari uretra, dan vesikula seminalis, dibentuk oleh tunas dari duktus deferens.

g.      Uretra
Epitel uretra pria dan wanita berasal dari endoderm, sedangkan penyambung dan jaringan otot polos disekitarnya berasal dari mesoderm splangnik. Pada akhir bulan ke-3, epitel uretra pars prostatika mulai berpoliferasi dan membentuk sejumlah tonjol keluar yang menembus mesenkim disekitarnya. Pada pria, tunas-tunas ini membentnuk kelenjar prostat. Pada wanita, bagian kranial uretra membentuk kelenjar uretra dan kelenjar parauretra.

3.      Sistem Genitalis
Diferensiasi seksual merupakan suatu proses komplek yang melibatkan banyak gen, termasuk beberapa gen autosom. Kunci untuk dimorfisme seksual adalah kromosom Y yang mengandung gen faktor penentu testis pada daerah penentu seks. Ada atau tidaknya faktor ini mempunyai efek langsung pada diferensiasi gonad dan juga bekerja sebagai sebuah tombol untuk mengawali rentetan banyak rangkaian gen dari kromosom Y yang menentukan nasib organ-organ seksual rudimenter. Kalau faktor ini ada, akan terjadi perkembangan laki-laki, kalau tidak ada, akan terjadi perkembangan perempuan.

a.      Gonad
Sekalipun jenis kelamin mudighah ditentukan secara genetik pada saat pembuahan, gonad tidak memperoleh ciri-ciri bentuk pria atau wanita hingga perkembangan minggu ke-7.
Gonad mula-mula tampak sebagai sepasang rigi yang memanjang, rigi gonad dan dibentuk oleh proliferasi epitel selom dan pemadatan mesenkim dibawahnya. Sel-sel benih tidak tampak pada rigi kelamin hingga perkembangan minggu ke-6.
Pada mudighah manusia, sel-sel benih primordial tampak pada tingkat perkembangan yang dini diantara sel endoderm di dinding kantung kuning telur didekat allantois. Sel-sel benih ini berpindah dengan gerakan menyerupai amuba sepanjang mesenterium dorsal usus belakang, dan sampai di gonad primitif pada perkembangan  minggu ke-6. Apabila mereka gagal mencapai rigi-rigi tersebut, gonad tidak berkembang. Karena itu sel-sel benih primordial tersebut mempunyai pengaruh induktif terhadap perkembangan gonad menjadi ovarium atau testis.

Gonad indiferen
Segera sebelum dan selama datangnya sel-sel benih primordial, epitel selom rigi kelamin berpoliferasi, dan sel-sel epitel menembus mesenkim dibawahnya. Disini sel epitel tersebut membentuk sejumlah korda yang bentuknya tidak beraturan, korda kelamin primitif. Pada mudighah pria dan wanita, korda ini berhubungan dengan epitel permukaan, dan kita tidak mungkin membedakan antara gonad pria dan wanita. Oleh karena itu, gonad ini dikenal sebagai gonad indiferen.

Testis
Apabila mudighah secara genetik bersifat pria, sel-sel benih primordial membawa sebuah gabungan kromosom seks XY. Dibawah pengaruh koromosom Y, yang menjadikan faktor penentu testis, korda kelamin primitif terus-menerus berpoliferasi dan menembus jauh kedalam mmedulla untuk membentuk korda testis atau kordda medulla.
Pada perkembangan selanjutnya, korda testis kehilangan hubungan dengan epitel permukaan. Kemudian mereka dipisahkan dari epitel permukaan oleh selapisan jaringan ikat fibrosa padat, yaitu tunika albuginea, suatu gambaran khas testis.
Dalam bulan ke-4, korda testisa menjadi berbentuk seperti tapal kuda, dan ujung-ujungnya bersambung dengan ujung rate testis. Sekarang korda testis tersusun dari sel-sel benih primordial dan sel-sel sustentakular sertoli yang berasal dari epitel permukaan kelenjar.
Sel interstitial leydig berkembang dari mesenkim asli rigi kelamin. Sel-sel ini terletak diantara korda testis dan mulai berkembang segera setelah mulainya diferensiasi korda ini. Pada kehamilan mingguk ke-8, produksi testosteron oleh sel leydig sudah mulai, dan testis sekarang mampu mempengaruhi diferensiasi seksual duktus genetalia dan organ kelamin luar. Korda testis tetap padat hingga masa pubertas, pada saat korda ini menjadi berongga, sehingga terbentuklah tubulus seminiferus. Setelah tubulus seminiferus mempunyai saluran, tubulus ini bersambung dengan tubulus rete testis, yang selanjutnya bermuara ke duktuli efferentes. Duktuli efferentes ini merupakan bagian saluran eksresi sistem mesonefros yang tersisa. Fungsinya adalah sebagai penghubung antara rete testis dengan saluran mesonefros atau saluran wolff, yang dikenal sebaggai duktus deferens.

Ovarium
Pada mudighah wanita yang mempunyai kromosom seks XX dan tidak mempunyai kromosom Y, korda kelamin primitif terputus-putus menjadi kelompok-kelompok sel yang tidak teratur bentuknya. Kelompok-kelompok sel ini, yang mengandung gugus-gugus sel benih primordial, terletak dibagian medulla ovarium. Kemudian, kelompok-kelompok ini menghilang dan digantikan oleh stroma vaskular yang membentuk medulla ovarium.
Epitel permukaan gonad wanita, tidak seperti pada pria, terus menerus berpoliferasi. Dalam minggu ke-7, epitel ini membentuk korda generasi ke dua, korda korteks yang menembus mesenkim dibawahnya, tetapi tetap dekat dengan permukaan. Dalam bulan ke-4, korda ini terpecah menjadi kelompok-kelompok sel tersendiri, yang masing-masing mengelilingi satu atau lebih sel benih primitif. Sel-sel benih berkembang menjjadi oogonia, sedangkan sel epitel disekitarnya, yang berasal dari epitel permukaan, membentuk sel folikuler.
Boleh dikatakan bahwa jenis kelamin suatu mudighah ditentukan pada saat pembuahan dan tergantung apakah spermatositnya membawa kromosom X atau Y. Pada mudighah yang mempunyai konfigurasi kromosom seks XX, korda medula gonad mengalami regresi, dan kemudian berkembang korda korteks generasi kedua. Pada mudighah yang mempunyai kompleks kromosom kelamin XY, korda medulla berkembang menjadi korda testis, dan korda korteks tidak berhasil berkembang.

b.      Duktus Genetalia

Tahap indiferen
Mula-mula, bbaik mudighah pria maupun wanita mempunyai dua pasang duktus genitalis, yaitu duktus mesonefros dan paramesonefros. Duktus paramesonefros muncul sebagai suatu invaginasi memanjang epitel selom pada permukaan anterolateral rigi urogenital. Disebelah krania,, saluran ini bermuara kedalam rongga selom dengan struktur menyerupai corong. Disebelah kaudal, saluran berjalan disebelah lateral saluran mesonefros, tatapi kemudian menyilang disebelah ventralnya untuk tumbuh kearah kaudomedial. Digaris tengah, saluran paramesonefros ini berhubungan erat dengan saluran paramesonefros dari sisi seberang. Kedua saluran tersebut pada mulanya dipisahkan oleh sebuah sekat, tetapi kemudian bersatu membentuk kanalis uterus. Ujung kaudal saluran yang telah bersatu tersebut menonjol kedalam dinding posterior sinus urogenitalia, sehingga menyebabbkan penonjolan kecil, yaitu tuberkulum paramesonefrikum atau tuberkulum mulleri. Duktus mesonefros bermuara kedalam sinus urogenitalis pada kedua sisi tuberkulum mulleri.

c.       Diferensiasi sistem saluran
Perkembangan sistem duktus genitalis dan genetalia eksterna berlangsung dibawah pengaruh hormon yang beredar dalam darah janin selama kehidupan intrauterin. Juga, sel sertoli di dalam testis janin menghasilkan suatu zat non steroid yang dikenal sebagai substansi penghambat mulleri atau hormon antimulleri yang menyebabkan regresi duktus paramesonefros. Selain zat penghambat ini, testis juga menghasilkan testosteron yang memasuki sel-sel jaringan sasaran. Disini, hormon ini dikonversi menjadi dihidrotestosteron. Testosteron dan dihidrotestosteron berikatan dengan suatu protein reseptor spesifik intrasel yang mempunyai aktifitas tinggi, dan akhirnya kompleks hormon reseptor ini berkaitan dengan DNA untuk mengatur transkipsi gen-gen yang spesifik. Jaringan dan produk-produk proteinnya. Kompleks testosteron reseptor menjadi mediator virilisasi duktus mesonefros, sementara kompleks dihidrotestosteron reseptor mengatur diferensiasi genetalia eksterna pria.
Pada wanita tidak  dihasilkan SPM, dan karena tidak ada zat ini, sistem saluran paramesonefros dipertahankan dan berkembang menjadi tuba uterina dan rahim. Faktor-faktor pengendali untuk proses ini tidak jjelas, tetapi bisa melibatkan estrogen yang  dihasilakan oleh sistem ibu, plasenta dan ovarium janin. Oleh karena zat perangsang pria tidak ada, sistem duktus mesonefros mengalami regresi. Kalau tidak ada androgen, genetalia eksterna indiferen dirangsang oleh estrogen dan berdiferensiasi menjadi labia mayora, labia minora, klitoris, dan sebagian vagina.

Duktus genetalia pada pria
Ketika mesonefros mengalami regresi, beberapa saluran eksresi yaitu tubulus epigenitalius, membuat hubungan dengan korda rete testis dan akhirnya membentuk duktus eferen testis. Saluran eksresi disepanjang kutub kaudal testis, yaitu tubulus paragenitalis, tidak bersatu dengan korda rete testis. Sisa-sisa saluran ini keseluruhannya dikenal sebagai paradidimis.
Duktus mesonefros tetap dipertahankan kecuali pada bagian paling kranial, yaitu appendiks epidedimis, dan membentuk duktus genetalia utama. Tepat dibawah muara duktus eferen, duktus mesonefros ini memanjang dan sangat berkelok-kelok, dengan demikian membentuk duktus epididimis. Dari ekor epididimis hingga ke tonjol-tonjol vesika seminalis, duktus mesonefros mendapatkan lapisan otot pembungkus yang tebal dan dikenal sebagai duktus deferens. Daerah duktus yang diluar vesikula seminalis dikenal sebagai duktus ejakulatorius. Duktus paramesonefros pada pria berdegenerasi kecuali sebagian kecil ujung kranialnya, yaitu appendiks testis.

Duktus genetalia pada wanita
Duktus paramesonefros berkembang menjadi duktus genitalis utama pada wanita. Pada mulanya, dapat dikenali tiga bagian pada setiap duktus: (a) bagian kranial vertikal yang bermuara kerongga selom, (b) bagian horisontal yang menyilang duktus mesonefros,  dan (c) bagian kaudal vertikal yang bersatu dengan pasangannya dari sisi yang berlawanan. Bersama dengan turunnya ovarium, dua bagian yang pertama berkembang menjadi tuba uterina, dan bagian kaudal bersatu membentuk kanalis uterus. Ketika bagian kedua duktus paramesonefros berjalan kearah mediokaudal, rigi-rigi urogenital berangsur-angsur terletak pada bidang melintang. Setelah saluran ini manyatu digaris tengah, terbentuklah sebuah lipatan melintang yang lebar didalam panggul. Lipatan, yang membentang dari sisi lateral duktus paramesonefros yang telah menyatu ke dinding panggul tersebut, dikeal sebagai ligamentum latum uteri. Pada tepi atasnya terdapat tuba uterina,  dan pada permukaan belakangnya terdapat ovarium. Rahim dan ligamentum latum uteri membagi rongga panggul menjadi kantong uterorektal dan kantong uterovesikal. Duktus paramesonefros yang telah menyatu tersebut membentuk korpus dan servik uteri. Bangunan ini dibungkus oleh selapis mesenkim yang membentuk lapisan otot rahim, yaitu miometrium, dan lapisan peritoniumnya, yaitu parametrium.

Vagina
Segera setelah ujung padat duktus paramesonefros mencapai sinus urogenitalis, tumbuh dua tonjolan keluar dari bagian pelvis sinus ini. Evaginasi ini yaitu bulbus sinivaginalis, berpoliferasi dan membentuk sebuah lempeng vagina padat. Poliferasi ini terus berlangsung di ujung kranial lempeng, sehingga memperbesar jarak antara rahim dan sinus urogenitalis. Menjelang bulan ke-5, tonjolan vagina ini seluruhnya berongga. Perluasan vagina menyerupai sayap di sekitar ujung rahim, yaitu fornises vagina, berasal dari paramesonefros. Dengan demikian, vagina mempunyai dua asal-usul, sepertiga bagian atas berasal dari saluran rahim dan dua pertiga bagian baah berasal dari sinus urogenitalis.
Lumen vagina tetap terpisah dari lumen sinus urogenitalis oleh sehelai jaringan tipis, yang dikenal sebagai selaput dara. Selaput ini terdiri atas lapisan epitel sinus urogenitalis dan selapis tipis sel vagina. Biasanya selaput dara membentuk lubang kecil selama masa perinatal.
Beberapa sisa saluran eksresi bagian kranial dan kaudal masih tersisa pada wanita. Sisa-sisa ini terletak di mesovarium, dimana mereka masing-masing membentuk epooforon dan parooforon. Duktus mesonefros menghilang kecuali sebagian kecil dibagian kranial yang ditemukan pada epooforon dan, kadang-kadang sebagian kecil bagian kaudalnya, yang dapat ditemukan di dinding rahim atau vagina. Dalam masa kehidupan selanjutnya, sisa ini  dapat membentuk sebuah kista yang disebut kists gartner.




d.      Genetalia eksterna

Tahap indiferen
Dalam perkembangan minggu ke-3, sel-sel mesenkim yang berasal dari daerah alur primitif bermigrasi ke sekitar membrana klokalis untuk membentuk sepasang lipatan yang agak menonjol, yaitu lipatan kloaka. Disebelah kranial membrana kloakalis, lipatan ini bergabung membentuk tuberkulum genital. Pada minggu ke-6, membrana kloakalis dibagi lagi menjadi membrana urogenitalis dan membrana analis. Lipatan kloaka juga dibagi lagi menjadi lipatan uretra disebelah anterior, dan lipatan anus disebelah posterior.
Serentak dengan itu, sepasang tonjolan lain, tonjol genetalia, mulai tampak di kedua sisi lipatan uretra. Pada pria tonjolan genitalis ini kelak membentuk tonjolan skrotum, dan pada wanita menjadi labia mayora. Akan tetapi, pada akhir minggu ke-6, sulit membedakan kedua jenis kelamin tersebut.

Genetalia eksterna pada pria
Perkembangan genetalia eksterna pria berada di bawah pengaruh hormon androgen yang disekresi oleh testis janin dan ditandai oleh cepat memanjangnya tuberkulum genital yang kini dinamakan phallus(penis). Bersama dengan pemanjangan ini, phallus menarik lipatan uretra ke depan sehingga membentuk dinding lateral sulkus uretra. Sulkus ini terbentang  sepanjang permukaan kaudal penis tetapi tidak mencapai bagian paling distal, yang dikenal sebaggai glans. Lapisan epittel yang melapisi sulkus ini berasal dari endoderm dan membentuk lempeng uretra.
Pada akhir bulan ke-3, kedua lipatan uretra menutup diatas lempeng uretra, sehingga membentuk uretra pars kavernosa. Saluran ini tidak berjalan hingga ke ujung penis. Bagian uretra yang paling distal ini dibentuk pada bilan ke-4 ketika sel-sel ektoderm dari ujung glans menembus masuk kedalam dan membentuk sebuah korda epitel yang pendek. Korda ini kemudian memperoleh rongga, sehingga membentuk orifisium uretra eksternum.
Tonjol-tonjol kelamin pada pria yang dikenal sebagai tonjol skrotum mula-mula diletak didaerah inguinal. Pada perkembangan selanjutnya, tonjol ini bergerak ke kaudal, dan tiap-tiap tonjolan lalu membentuk setengah skrotum. Kedua belahan skrotum dipisahkan satu sama lain oleh sekat skrotum.


Genetalia eksterna pada wanita
Faktor-faktor yang mengendalikan perkembangan genetalia eksterna wanita tidak jelas, tetapi estrogen memainkan satu peranan. Tuberkulum genital hanya sedikit memanjang dan membentuk klitoris. Lipatan uretra tidak menyatu seperti halnya pada pria, tetapi berkembang menjadi labia minora. Tonjol kelamin membesar dan membentuk labia mayora. Alur urogenital terbuka dan membentuk vestibulum. Sebenarnya, dengan menggunakan kriteria panjang tuberkulum kita bisa salah mengidentifikasi jenis kelamin pada kehamilan bulan ke-3 dan ke-4.




























BAB III
PENUTUP


A.          KESIMPULAN

1.      System urinarius
Dua sistem urinaria primitif, pronefros dan mesonefros mendahului pembentukan metanefros. Pronefros mengalami involusi pada minggu kedua dan mesonefros menghasilkan urin pada minggu ke-5 serta mengalami degenerasi pada usia 11-12 minggu. Kegagalan pembentukan atau regresi kedua struktur ini dapat menyebabkan anomali perkembangan sistem urinaria definitif. Antara minggu ke-9 dan 12, tunas ureter dan blastema nefrogenik berinteraksi untuk menghasilkan metanefros. Pada minggu ke-14, ansa henle sudah berfungsi dan terjadi reabsorpsi. Namun, nefron-nefron baru terus terbentuk sampai minggu ke-36 dan pada bayi prematur pembentukan nefron tersebut berlanjut setelah lahir.

2.      System Ginjal
Pada manusia terbentuk tiga system ginjal yang berbeda, agak saling tumpang tindih, dengan urutan dari cranial ke kaudal selama kehidupan dalam kandungan yaitu: pronefros,mesonefros dan metanefos. Yang pertama rudimenter dan tidak berfungsi, yang kedua mungkin berfungsi dalam waktu yang pendek dalam masa janin awal, yang ketiga membentuk ginjal tetap.
3.      Sistem Genitalis
Diferensiasi seksual merupakan suatu proses komplek yang melibatkan banyak gen, termasuk beberapa gen autosom. Kunci untuk dimorfisme seksual adalah kromosom Y yang mengandung gen faktor penentu testis pada daerah penentu seks. Ada atau tidaknya faktor ini mempunyai efek langsung pada diferensiasi gonad dan juga bekerja sebagai sebuah tombol untuk mengawali rentetan banyak rangkaian gen dari kromosom Y yang menentukan nasib organ-organ seksual rudimenter


















DAFTAR PUSTAKA


embriologi kedokteran LANGMAN, edisi ke-7, 2000